Joker (2019) Movie Review

Mendapat standing ovation selama 8 menit dan membawa pulang penghargaan Golden Lion untuk Kategori film terbaik pada Venice Film Festival ke-76 merupakan prestasi yang didapat oleh film Joker arahan Todd Philips. Film yang paling dinanti pada tahun 2019 ini juga banyak mendapat komentar dan kritik yang bagus dari para kritikus film walaupun sebagian kritikus film juga berkata bahwa film ini merupakan film yang “berbahaya”.

Bercerita tentang Arthur Fleck (Joaquin Phoenix), seorang pria yang bekerja sebagai badut penghibur dan sedang mengejar karirnya sebagai stand-up comedian. Arthur hidup bersama ibunya (Frances Conroy) di suatu apartemen di Kota Gotham. Di tengah-tengah kehidupannya, Arthur banyak mendapat perlakuan kasar dan kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan. Perlakuan kasar dan kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan tersebut perlahan-lahan melahirkan sosok ikonik yang kita kenal sekarang ini,Joker.

Cerita origin yang luar biasa

Film yang bercerita tentang asal mula karakter ikonik ini memiliki proses pembangunan karakter yang cukup baik. Pembangunan karakter benar-benar dimulai dari nol yang membuat kita sebagai penonton perlahan-lahan dapat merasakan emosi yang dialami karakter Arthur dan mengerti kenapa ia dapat bertransformasi menjadi badut pembunuh gila. Pada awal film kalian akan dibuat bersimpati pada Arthur yang mendapat perlakuan kasar saat sedang melakukan pekerjaannya. Rasa simpati tersebut bercampur aduk ketika Arthur melakukan tindakan-tindakan kekerasan kepada orang lain. Anda akan dibuat berpikir bahwa yang dilakukan Arthur adalah tindakan yang benar dan boleh dilakukan,tetapi menyadari juga bahwa apa yang dilakukan Arthur adalah perbuatan yang keji dan biadab. Tidak ada hitam dan putih yang ada hanya abu-abu. Baik dan buruk seakan-akan merupakan hal yang sama. Saking realistisnya, bahkan saya berpikir bisa saja Arthur lain diluar sana.

Joaquin Phoenix sebagai Joker

Penampilan Joaquin Phoenix dalam film Joker merupakan salah satu yang terbaik tahun ini. Kita dapat menemukan hal-hal yang baru pada Joker-nya si Joaquin Phoenix seperti tata rias dan terutama pada cara tertawanya. Terinspirasi dari penderita tawa patologis, Joaquin Phoenix sukses membawa tawa yang baru pada karakter Joker. Berbeda dengan tawa joker-joker sebelumnya, tawa Joker Joaquin Phoenix memiliki tawa yang sedih. Anda dapat merasakan kesedihan dan kesakitan ketika Arthur sedang tertawa.

Sinematografi dan scoring yang ciamik

Selain akting Joaquin Phoenix, sinematografi dan scoring yang ditampilkan dapat menangkap semua penderitaan yang diderita Arthur. Di sisi lain sinematografi di film ini, menunjukkan vibe Kota Gotham yang carut marut akan lingkungan dan masyarakat yang sudah tidak percaya lagi terhadap pemerintah Kota Gotham yang korup.

Pada akhirnya Joker adalah tontonan yang sangat bagus pada tahun ini, dari segi cerita, sinematografi, scoring, dan tentunya akting Joaquin Phoenix sebagai Joker merupakan hal yang sangat worth it untuk dinikmati. Saya beri jempol ke atas untuk film ini, bahkan saya merasa film ini pantas untuk mendapatkan penghargaan Oscar 2020 nanti, terutama Joaquin Phoenix yang sudah memberikan totalitas untuk memerankan karakter Joker. Saya kira itu saja yang saya berikan untuk review ini, sekian terimakasih.

Pos blog pertama

Ini adalah pos pertama Anda. Klik tautan Sunting untuk mengubah atau menghapusnya, atau mulai pos baru. Jika ingin, Anda dapat menggunakan pos ini untuk menjelaskan kepada pembaca mengenai alasan Anda memulai blog ini dan rencana Anda dengan blog ini. Jika Anda membutuhkan bantuan, bertanyalah kepada orang-orang yang ramah di forum dukungan.